Niat menurunkan berat badan sebetulnya sudah dimulai dari awal 2017 lalu, awalnya mencoba menekuni olahraga jogging (ga PD klo bilang running, soalnya lambat banget..hahaha). Gara-garanya terinspirasi oleh teman yang berhasil menurunkan berat badan dengan drastis karena konsisten menekuni olahraga yang satu ini. Tetapi, saya tidak berhasil konsisten untuk menekuni jogging/running...entah mungkin saya terlalu malas, atau tidak ada partner sebagai motivator. Walhasil sayapun off setelah mencoba 2 bulan.
Niat sehat pun muncul kembali dan entah bagaimana 'ilham' pun datang untuk mencoba bersepeda. Dimulailah pencarian informasi mengenai olahraga sepeda. Dari mulai jenis-jenis sepeda (banyak banget ya jaman sekarang...membingungkan), sampai tips-tips bersepeda yang baik dan benar. Belajar hal baru adalah salah satu hal yang saya paling suka. Sebenarnya sepeda pertama yang saya beli adalah Polygon Heist 2 (2017), tipe sepeda hybrid yang super keren, dan sepertinya paling banyak penggunanya di Indonesia, sampai ada istilah 'Heister'.
Petualangan bersepeda pun dimulai kira-kira 2 bulan yang lalu. Saya beruntung karena beberapa teman kantor ternyata sudah lebih dulu menggeluti hobi gowes ini 1-2 tahun yang lalu. Setelah sempat vacum beberapa lama, akhirnya mereka pun mulai aktif kembali setelah tahu saya punya sepeda baru (cieee...:D).
Oh ya, saya tinggal di Bogor, kota dengan ketinggian antara 190-330 mdpl, sebuah kota kecil yang sangat padat. Goweser Bogor pasti faham betul, bahwa kebanyakan trek/jalur bersepeda akhir pekan di kota ini adalah daerah luar kota yang penuh tanjakan. Siapa juga yang mau gowes sehat di dalam Kota Bogor, yang penuh sesak oleh kendaraan bermotor saat akhir pekan. Jadi, goweser Bogor sangat bisa diandalkan kalau urusan bersepeda sambil melahap tanjakan-tanjakan curam...hehe.
Setelah beberapa kali bergowes ria dengan teman-teman kantor dan teman kuliah dulu, saya mulai menemukan apa yang saya senangi dari bersepeda. Ternyata saya lebih suka bersepeda melalui jalan-jalan kampung, pedesaan, pegunungan dengan view yang indah, dan jalan-jalan tanah/berbatu/offroad. Setelah menyadari itu, saya merasa bahwa saya telah 'kurang tepat' memilih sepeda. Heist 2 adalah sepeda mumpuni dengan 3x8 speed, sepeda hybrid yang konon didesain untuk touring dengan kondisi jalan yang bervariasi. Ini dapat terlihat dari ukuran crankset nya, yatu 48T-38T-28T, dan tipe ban 700x40c yang setelan road bike tapi ban nya lebih lebar. Heist cocok untuk hampir di semua kondisi, kecuali melahap tanjakan-tanjakan sangat curam dengan tipe jalan offroad. Saat dibawa offroad, beberapa kali ban saya slip diantara bebatuan, karena ukuran yang relatif ramping, serta kehilangan grip gara-gara tertutup lumpur, karena tipe kembangan ban yang kurang cocok.
Ahirnya saya mulai berfikir untuk mengupgrade sepeda saya dengan crankset yang ukurannya lebih pas untuk tipe jalur-jalur di Bogor yang penuh tanjakan, serta ukuran ban (mengganti ke 27.5x2 inch). Namun setelah hitung punya hitung, biaya upgrade ini bisa hampir seharga sepeda Heist saya kalau beli baru. Wah kalau gini sih mendingan beli sepeda baru. Baiklah, tidak ada salahnya meminang sepeda baru, sepeda MTB. Setelah browsing sana sini, tanya sana sini, akhirnya saya memutuskan untuk memilih Polygon Xtrada 6!!
Menentukan pilihan ke Xtrada 6 sungguh sebuah proses yang tak mudah. Parameter yang saya mau dari sepeda MTB baru saya adalah: (1) ukuran crankset yg 'pas', (2) MTB yang bisa dibawa offroad dengan asik, (3) memiliki groupset yang relatif lebih baik. Dan semua itu salah satunya saya temukan di Xtrada 6.
Ada beberapa pilihan tipe Xtrada 6, yaitu 2x10 dan 1x10 speed (versi 2017) serta 3x10 speed (versi 2016). Setelah dengan teliti membandingkan spek dari masing-masing tipe tersebut, saya memutuskan memilih Xtrada 6 versi 2x10 speed, si hijau. Sebetulnya saya kurang suka dengan warna frame nya, tapi apa boleh buat...spek nya lebih penting buat saya.
Xtrada 6 (2x10) ini memiliki Crankset depan 36T-22T, dan sprocket 10 speed (11-36T). Saya memilih 36-22T dengan alasan bahwa sepeda ini akan lebih ringan digowes dibanding Heist 2 saya yang ukuran crank tengahnya 38T dan sprocket 12-32T. Selama menggunakan Heist, saya memang lebih banyak menggunakan chainweel tengah (38T), jadi saya fikir dengan menggunakan Xtrada yang 36T tidak akan terlalu jauh dari kebiasaan saya. Xtada versi 2016 memiliki crankset 42-30-22T, agak berbeda cukup jauh dari Heist 2 saya.
Mari kita tinggalkan sejenak urusan spek ini, kita langsung ke 'real world' performance nya Xtrada 6. Xtrada 6 ini memang baru satu kali saya ajak gowes akhir minggu, tetapi langsung mencetak rekor gowes saya terjauh, 68km. Setelah menikmati gowes bersama Xtrada 6, inilah kesan yang saya dapatkan (relatif terhadap Heist 2):
- Lebih PD melibas jalanan offroad. Saat saya menggunakan Heist 2, ukuran dan permukaan ban membuat saya tidak PD untuk melibas jalan offroad. Namun demikian, walaupun ban Xtrada 6 adalah ban tahu (Schwalbe Smart Sam - aneh sih, padahal di spek Rodalink harusnya dapet yang Tough Tom), ban X6 kadang meleset beberapa kali saat menggilas batu kerikil agak besar. Mungkin ini karena tekanan ban yang terlalu tinggi (depan 38 psi, belakang 40 psi). Ideal untuk offroad seharusnya depan 32 psi, belakang 35 psi (untuk tipe ban ini), agar grip lebih baik. Akan tetapi saya memilih menggunakan tekanan ban lebih besar sebagai kompromi, karena sebenarnya sebagian besar trek yang saya lalui adalah jalan aspal.
- Lebih ringan di tanjakan! Ini yang saya paling 'surprised', ternyata Xtrada 6 sangat enak dibawa melibas tanjakan curam. Sebelumnya saya sering dibully karena hobi dorong Heist 2 saya kalau ada tanjakan, tetapi Xtrada 6 berhasil membuat saya 'gak malu2in'..hahaha. Selama menggunakan si X6 kemarin, saya selalu di posisi gear depan paling besar (36T), dan semua tanjakan saya libas (panjang, pendek, curam, agak curam). Bahkan teman-teman yang rajin memotret saya saat mendorong sepeda dulu, saya libas di tanjakan.. :D (Xtrada 3, Specialized Hardrock Sport). Saya fikir, selain faktor ukuran crank yang pas untuk saya, ada faktor lain yang mungkin jadi penentu, yaitu: (bobot sepeda, geometri sepeda, dan psikologis saya sendiri). Tetapi perbedaan antara Xtrada 6 vs Heist 2 di tanjakan saya rasakan berbeda sekali.
- Lambat di jalan aspal dan landai. Ini yang saya akui lemah dari Xtrada 6, selalu tertinggal dari rombongan. Saya fikir ada 2 faktor yang mempengaruhi, yaitu ukuran crankset terbesar yang hanya 36T, dibanding teman yang lain di 42T atau 48T. Tetapi ini masih bisa diatasi dengan menjadi lebih fit dengan menggowes (cadence) lebih cepat. Selain itu tipe ban tahu memang kurang efektif di jalan aspal.
- Stang/handlebar kurang nyaman untuk penggunaan lama/jarak jauh. Flat bar, swipe kecil, dan handgrip yang keras membuat telapak tangan saya cepat pegal dan kesemutan. Ini mungkin karena saya terbiasa dengan Heist 2 saya yang sudah saya ganti stang nya menjadi model riser handlebar dengan rise 5cm, dan sudut swipe lebih besar, serta handgrip lebih lembut dan lebar. Tapi memang handgripnya X6 kurang nyaman.
- Suspension fork dengan travel 120mm benar-benar membuat sepeda ini sangat nyaman. Saat melibas jalan berlubang, sepeda ini benar-benar nyaman. Selain itu fork di Xtrada 6 dapat di'lock' untuk mematikan suspensinya, sehingga konon akan membuat gowesan di trek mulus akan lebih efisien. Namun demikian, beberapa kali saya melibas tanjakan dengan asik walaupun posisi suspensi fork sedang ON.
- RD dan FD deore membuat shifting terasa lebih lembut dan responsif.
- Gowesan juga terasa lebih responsif. Mungkin pengaruh dari Crankset Prowheel yang sudah menggunakan teknologi Hollowtech.
Karena ini baru ujicoba pertama, jadi baru ini dulu yang dapat saya bagikan terkait Polygon Xtrada 6. Seiring waktu, jika ada hal baru yang saya temukan, akan saya tambahkan terus di tulisan ini.
Overall, jika membandingkan Xtrada 6 dengan Heist 2, jelas bukan apple to apple. Kedua sepeda ini berbeda peruntukannya, Xtrada 6 untuk cross country/trail sedangkan Heist 2 untuk touring dengan kondisi jalan yang bervariasi. But, I love my Xtrada 6 and Heist 2 very much!! Tambahan, claim Polygon tentang Xtrada 6 yang memiliki desain lebih baik untuk masuk ke kelas XC/Trail sepertinya bukan isapan jempol...lebih agresif di tanjakan... Jargon 'more traction, more pop, more confident' sepertinya ada benarnya.
Overall, jika membandingkan Xtrada 6 dengan Heist 2, jelas bukan apple to apple. Kedua sepeda ini berbeda peruntukannya, Xtrada 6 untuk cross country/trail sedangkan Heist 2 untuk touring dengan kondisi jalan yang bervariasi. But, I love my Xtrada 6 and Heist 2 very much!! Tambahan, claim Polygon tentang Xtrada 6 yang memiliki desain lebih baik untuk masuk ke kelas XC/Trail sepertinya bukan isapan jempol...lebih agresif di tanjakan... Jargon 'more traction, more pop, more confident' sepertinya ada benarnya.
Salam dua pedal, dan 2 ban!!
Disclaimer: Tulisan ini atas inisiatif dan pengalaman pribadi, bukan pesanan ataupun terkait dengan promosi Polygon (tidak dibayar sama sekali oleh Polygon, boro2..bonus aja ga dikasih :D).