Setelah saya berhasil meminang Cort EVL-K5, sebuah gitar bersetting metal, 'hasrat' untuk 'berselingkuh' tiba-tiba saja muncul. Ternyata 'gairah' hobi musik ini tidak mampu terpuaskan oleh satu gitar saja. Saya membutuhkan rasa baru dari sebuah gitar, seiring dengan begitu beragamnya genre musik rock.
Don't get me wrong, Cort EVL-K5 adalah sebuah gitar yang 'ajib' punya. Bertubuh mahogany, 24 jumbo fret, dan 'dipersenjatai' dengan pickup EMG HZ, gitar ini benar-benar 'lihai' dalam 'melayani' saya memainkan lagu-lagu dari Metallica.
Akan tetapi, itulah manusia...diciptakan dengan memiliki nafsu. Kata nafsu identik dengan konotasi negatif, walaupun sebenarnya tidak selamanya. Nafsu lah yang menjadi energi untuk manusia hidup dan terus berkembang. Nafsu lah yang membuat roda ekonomi dunia berputar. Bayangkan jika manusia tidak memiliki nafsu, apa jadinya dunia ini...tentu sangat membosankan. Karena nafsu lah manusia terus mengembangkan teknologi, karena nafsu lah manusia membeli tas dan sepatu baru setiap bulan, bahkan karena nafsu lah manusia terus berupaya mengeksplorasi luar angkasa. Ahh, cukup sudah pembahasan tentang nafsu...tulisan ini tidak bertujuan ke sana.. :).
Kembali ke pencarian, seiring dengan 'kebutuhan' saya untuk memainkan genre musik lain, maka saya pun mulai melakukan pencarian gitar ke-2. Setelah melakukan riset yang cukup panjang...pilihan pun jatuh ke Cort M600, sebuah gitar cantik dengan desain model PRS. Mengapa gitar ini? Karena Cort M600 sepertinya di desain untuk genre musik lainnya seperti rock klasik, blues, bahkan metal pun bisa jika mau. Dan yang pasti adalah, model nya sangat cantik.
Akan tetapi sang penjual ternyata menawarkan opsi lain. Sebuah gitar yang sumpah demi Allah SWT saya baru mendengar merk nya. Yaitu gitar Dame. "Whatt?? Gitar apa itu??. Sang penjual pun mencoba peruntungannya dengan mengirimkan beberapa foto gitar tersebut. Tidak lupa dengan mengirimkan spesifikasi nya. Wah, kalau lihat spek nya...sepertinya cukup high end...dan ditawarkan dengan harga yang boleh dibilang murah dibanding harga pasaran pada umumnya. Bahkan sang penjual menambahkan bumbu-bumbu promosi (namanya juga penjual), bahwa dari segi finishing, playability, sustain, sound quality gitar ini jauh dari sang M600 yang saya cari sebelumnya. Dan jawaban saya saat itu adalah: "Ok mas saya pelajari dulu ya, saya cari info dulu soal gitar ini". Dan riset pun dimulai....
Setelah melewati beberap klik mouse...saya pun akhirnya menemukan fakta bahawa Dame adalah merk gitar yang hanya dibuat untuk kebutuhan pasar dalam negeri Korea (oh noo...Korea lagi...An-Yong-Ha-Se-Yo). Lalu jika hanya untuk pasar Korea...mengapa gitar ini berkeliaran di Indonesia? Ternyata jawaban nya sederhana, gitar ini dibuat oleh pabrikan di Indonesia, tepatnya di Cileungsi.
Hmmm, Dame membuat saya tertarik. Sayang nya karena sebenarnya ini bukan untuk pasar Indonesia, jadi hampir tidak ada orang Indonesia yang pernah memakai sekaligus mereview gitar ini. Bahkan di youtube pun hampir nihil...ck ck ck. Baiklah, dugaan awal saya...karena ini untuk pasar Korea...asumsi nya adalah kualitas gitar ini seharusnya bagus...terlebih lagi ini buatan Indonesia...sudah pasti bagus...(ini serius!).
Sebagai informasi, sebagian besar produk gitar yang bertebaran di dunia, diproduksi di Indonesia. Sebut saja Ibanez, Cort, Fender, Samick (dulu kala)..dan lain sebagainya. Bahkan salah satu pabrikan gitar yang baru berkembang, mendapatkan penghargaan dari Guitar Planet sebagai gitar terbaik dunia tahun 2012, yaitu gitar Rick Hanes. Rick Hanes adalah pabrikan gitar yang berlokasi di Sidoarjo. Untuk informasi selanjutnya, silahkan tanya mbah Google.
Informasi selanjutnya yang saya temukan adalah bahwa gitar Dame yang berkeliaran di Indonesia tidak dibuat sesuai dengan spek standar untuk Korea. Bahkan, dari beberapa penjual yang menawarkan gitar ini, mereka menawarkan spek yang berbeda-beda. Sepertinya dibuat custom sesuai dengan kebutuhan dan target pasar yang mereka kejar. Fakta ini membuat saya kembali pusing.
Akan tetapi fakta ini justru membuat pencarian ini semakin menantang. Baiklah kalau begitu…akhirnya saya putuskan untuk mencoba merk gitar ini. Saya pun memutuskan untuk mengambil Dame seri Mind 700, dengan desain model Les Paul. Walaupun awalnya saya mencari model PRS, tetapi tak apa lah. Saya pun memutuskan untuk membeli gitar ‘kosongan’. Kosongan artinya, hanya membeli body gitar saja. Hasil perhitungan saya, biaya total gitar tersebut jika telah lengkap nantinya akan mencapai 2,4 juta, dengan spek yang diatas rata-rata. Angka ini masih tergolong murah dibandingkan dengan gitar yang ada di pasaran, dengan spesifikasi yang serupa.
Spesifikasi yang saya pilih untuk melengkapi gitar ini nantinya adalah:
- Bridge tuner-o-matic gold: 175rb
- Potensio 25k (4 pcs): 140rb
- Knob (4 pcs): 40rb
- Pickup: Seymour Duncan SH-1n (neck) dan SH-4 JB (bridge): 1,1jt
- dan pernak-pernik lainnya (kabel, jack, senar, dsb.)
Jika asumsi saya benar bahwa kualitas gitar ini bagus, dan jika saya berhasil membuat gitar dengan kualitas diatas rata-rata, maka ini akan menjadi sebuah ‘kesuksesan’ besar dari pencarian saya.
Kemudian, saya pun membeli sebuah gitar kosongan dari seorang penjual terdekat, yaitu Depok. Setelah saya mencoba salah satu gitar disana, ternyata gitar ini memang boleh dibilang baik. Sangat nyaman digunakan, kualitas suara bagus, dan finishing yang cantik. Setidaknya sebagian asumsi saya tidak salah. Tahap selanjutnya adalah membeli semua kelengkapan diatas, sekaligus mencari jasa servis pemasangannya.
Wish me luck! Saya akan update terus perkembangan proyek Dame Mind 700 ini. Hasil akhirnya pasti akan saya ceritakan nanti.
See you... :)