Semuanya terbersit begitu saja saat membuka lembaran-lembaran foto dalam bentuk digital seorang kawan yang baru saja melaksanakan sebuah kewajiban mulia...menikah. Termenung sejenak...tersenyum sesaat...lalu kemudian dahi ini rasanya mengerenyit saat sebuah fikiran begitu saja muncul tanpa permisi...kisah perjalanan hidup yang menarik dari sang kawan (dan saya beruntung bisa menjadi salah satu saksi perjalananya).
Kadang jika kita memberikan kesempatan diri kita untuk merenung tentang perjalanan hidup...kita dapat menemukan sebuah 'alur cerita'...sebuah 'arahan' yang mungkin tidak terlalu nyata, akan tetapi dapat dirasaakan.
Pikiran yang sebenarnya berkecamuk tanpa pola ini akhirnya bermuara pada sebuah pertanyaan (yang lagi2 terbersit) yaitu: Apakah hidup ini benar-benar berisi pilihan-pilihan? Apakah hidup ini benar-benar berisi pilihan-pilihan, atau sebenarnya kita tidak pernah benar-benar memilih...karena kita sebenarnya telah di'takdirkan' untuk memilih suatu pilihan tertentu?
Kita pasti masih ingat misalnya bagaimana dulu saat kita memilih untuk sekolah/kuliah di suatu tempat, itu adalah momen yang sangat penting dalam hidup kita. Saat itu kita berada pada sebuah persimpangan...dimana kita harus memilih...ambil kesempatan sekolah itu..atau tidak...atau cari tempat lain. Sebagian besar dari kita pastinya setuju bahwa di titik itulah akhirnya yang menentukan alur kisah hidup kita selanjutnya.
Tentu sebagian dari kita pernah berfikir seandainya dulu kita memilih pilihan yang berbeda...apakah hidup kita saat ini akan berbeda? Jawabannya pasti iya. Tetapi...kembali ke pertanyaan tadi...apakah saat itu kita benar-benar memilih...apakah kita benar-benar 100% sebagai penentu pilihan itu? Ataukah sebenarnya kita sudah 'diarahkan' (bahasa yang lebih ringan dibanding 'ditakdirkan')untuk memilih pilihan itu? Inilah pertanyaan besarnya.
Ataukah ada kemungkinan lain yaitu bahwa akhir, tujuan, ujung, muara hidup setiap dari kita sudah digariskan langit...ditentukan oleh sang Khalik? Konsekuensinya adalah bahwa kita tetap diberi prerogatif menentukan pilihan...akan tetapi apapun jalan yang kita tempuh kita akan berakhir di tempat yang sama.
Analogi sederhana nya jika saat melakukan perjalanan dari Bandung menuju Jakarta...kita dihadapkan pada 2 pilihan transportasi, bis dan kereta. Tak peduli apapun pilihan yang kita ambil, akhirnya kita tetap akan sampai di Jakarta...hanya pengalaman perjalanan lah yang berbeda.
Kembali ke fenomena kisah seorang kawan di awal tulisan ini...beberapa waktu ke belakang dia dihadapkan pada sebuah pilihan dalam pekerjaannya. Pilihan yang pertama adalah pilihan sederhana....yaitu terus bekerja di tempatnya sekarang. Sedang pilihan kedua adalah berhenti bekerja, kemudian mendaftar di tempat yang baru dan terus berusaha mendapatkannya walaupun sulit.
Sang kawan memilih pilihan yang kedua...sebuah pilihan yang tidak mudah. Setelah mengenal kawan tersebut cukup lama...hingga saya mengenal karakternya...keputusan yang dia ambil untuk mengambil pilihan tersebut boleh dibilang cukup mencengangkan. Tetapi, saat itu seakan ada sebuah energi besar...sebuah 'tarikan' yang membuat sang kawan terus berusaha mengambil pilihan kedua tersebut. Hingga akhirnya pilihan itu berhasil dicapai. Tidak lama setelah itu, sang kawan akhirnya menemukan pendamping hidupnya disana....sebuah proses yang cepat dan sederhana.
Pertanyaannya: darimanakah energi besar tadi berasal? Apakah memang sang kawan 'diarahkan' untuk mengambil pilihan sulit tersebut? Apakah itu sudah menjadi kehendak langit...karena memang ternyata disitulah akhirnya dia menemukan sebuah muara? Entahlah...terlepas dari itu semua...saya merasakan adanya sebuah 'campur tangan' besar yang mengarahkan agar semua proses itu terjadi.
Ataukah kemungkinan lainnya, sebenarnya semuanya adalah sebuah pilihan bebas...tanpa batasan...dengan sejuta kesempatan serta kemungkinan tanpa batas?
Jadi ada 3 kemungkinan skenario yang muncul disepanjang renungan ini, yaitu: (a) kita tidak pernah benar-benar memilih, melainkan sudah 'diarahkan' untuk memilih suatu pilihan; (b) apapun pilihan kita...kita akan tetap sampai di tempat yang sama, karena tujuan akhir dari masing-masing kita telah ditentukan; (c) semuanya bebas dipilih dengan segala kemungkinan nya.
Tentunya ada pilihan-pilihan yang sudah dapat diprediksi hasilnya jika kita mengambilnya. Misalnya mencuri, kemungkinan sangat besar nya adalah kita berakhir di penjara. Dan pilihan-pilhan seperti ini tentunya tidak masuk dalam ruang lingkup renungan ini.
Entahlah, mungkin tidak ada jawaban untuk pertanyaan ini. Akan tetapi..pilihan apapun yang kita ambil kita harus mensyukurinya dan menjalaninya dengan sebaik-baiknya. Apapun arah jalan yang kita ambil akan memberikan pengalaman yang spesifik bagi masing-masing dari kita..dan disitulah setiap dari kita mengecap pengalaman-pengalaman yang pasti berguna, sebagai bekal perjalan kita selanjutnya atau di tempat tujuan akhir kita.
*Alhamdulillah...di jalan ini akhirnya aku menemukanmu....L.I.W.