Wednesday, March 30, 2016

Review Mares Avanti Quattro + (open heels fins)

Jika ada pertanyaan 'Alat apa sih yang paling penting dimiliki oleh seorang penyelam/diver?', jawabannya adalah: 'semuanya penting'. Semua alat dasar/standar untuk kegiatan menyelam dan SCUBA Diving, memiliki fungsinya masing-masing. Semua memiliki peran yang sama dalam mendukung agar kegiatan menyelam dapat dilakukan. Akan tetapi, sebagian dari alat-alat tersebut memiliki fungsi tambahan, diantaranya sebagai 'life support'. Salah satu alat selam yang mungkin paling sering menjadi pertimbangan dalam memilih adalah fins (kaki katak).  Dalam kegiatan menyelam yang umumnya selalu dilakukan di alam terbuka, keputusan dalam memilih fins menjadi sangat krusial. SCUBA diving misalnya, merupakan kegiatan di alam terbuka, dimana faktor lingkungan cenderung sulit untuk dikontrol, salah satunya arus. Saat melakukan kegiatan SCUBA diving di daerah berarus kuat, peran fins menjadi sangat krusial bagi seorang penyelam. Fins yang baik dan sesuai, setidaknya dapat membantu anda untuk menyelam di daerah berarus kuat, sekaligus memastikan anda dapat kembali ke tempat semula.

Bagi orang yang baru terjun di dunia diving, berbagai bentuk dan desain fins mungkin hanya dianggap sebagai masalah perbedaan model dan harga semata. Tapi bagi anda yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia selam, anda pasti sangat faham betapa benda ini merupakan salah satu yang sangat menentukan kesuksesan penyelaman.

Baiklah, saya termasuk orang yang memiliki 'perhatian lebih' dalam memilih fins untuk kegiatan SCUBA diving saya. Penting bagi saya untuk memiliki fins dengan performa maksimal. Performa yang saya maksud adalah: efektivitas (stress vs speed), bobot (untuk kemudahan saat traveling), kenyamanan, kualitas bahan, tampilan, dan terakhir tentunya...harga.. :D.

Kali ini saya ingin membahas salah satu fins yang sekarang menjadi favorit saya, yaitu Mares Avanti Quattro +. Perlu proses cukup lama, sampai akhirnya saya memutuskan untuk memilih fins ini. Banyak sekali jenis fins di pasaran saat ini, dengan beragam teknologi, desain, warna, dan harga.  Dulu sekali, salah satu fins favorit saya adalah Aqualung Stratos open heel (tahun 2003-2009).  Sebuah fins panjang dengan desain hampir persegi, tidak menarik untuk dilihat, tetapi memiliki performa luar biasa saat dikayuh.  Sayang sekali fins tersebut saat ini sepertinya sudah tidak lagi tersedia di pasaran.

Dua tahun lalu saya memutuskan untuk membeli fins SEAC ProPulsion, fins dengan desain sederhana, dengan 3 channel.  Fins ini memiliki review beragam, dari yang baik hingga biasa-biasa saja.  Akan tetapi karena adanya program promo, akhirnya saya putuskan untuk membeli fins ini. Dan saya akui, ini bukan keputusan yang bijaksana. Fins ini walau bertenaga ternyata berat dan tidak terlalu cepat saat dikayuh melawan arus. Selain itu, fins ini cepat sekali membuat kaki saya kelelahan. Fins ini juga memiliki kualitas bahan yang kurang baik, kurang dari 2 tahun fins tersebut sudah mengalami gejala robek.. :((.

Pencarian pun berlanjut, sempat hampir membeli Tusa Solla open heel, tetapi ragu. Akhirnya entah bagaimana seseorang menganjurkan saya untuk mencoba Mares Avanti Quattro. Baiklah, akhirnya saya mencari informasi kesana kemari. Cukup mengagetkan, ternyata fins ini mendapatkan review yang selalu baik (4-5 stars).  Selain itu, di foto2 dan video yang tersebar di internet saya cukup sering melihat orang menggunakan fins ini. Bahkan konon, ini adalah fins yang paling banyak terjual di pasaran, dan banyak digunakan oleh para dive master/dive guide. Wow! Bagi saya, informasi-informasi tersebut sudah cukup untuk memastikan bahwa ini fins favorit banyak orang. Katanya, fins ini memilik performa yang sangat baik di semua kondisi penyelaman...berarus, tenang, ataupun berbagai jenis 'kicking'.

Keputusan saya tersebut kali ini ternyata tepat. Mares Avanti Quattro + memang fins yang luar biasa. Pengalaman saya dengan fins ini adalah:
- Sangat baik saat harus melawan arus
- Pocket sangat nyaman di kaki
- Tidak membuat kaki kram
- Tidak terlalu berat
- Bungge strap yang bikin gak pake ribet saat harus pasang dan lepas fins.

'Real life experience' adalah saat saya menyelam di Wakatobi (tepatnya di secret garden/shark point di pulau Wangi-wangi). Saat itu kami drifting ke kedalaman 25 meter untuk melihat black tip reef shark. Shark memang suka di tempat berarus. Kesulitan terjadi saat harus kembali ke kapal, karena dive guide mengajak kami pulang melalui jalur yang sama dengan melawan arus. Saat itulah kemampuan dan nama baik Mares Avanti Quattro diuji dan dipertaruhkan. Saya pun mengayuh mengikuti rombongan untuk kembali ke kapal, beranjak dari kedalaman 25 meter.  Saat itu ada 6 orang penyelam, 4 penyelam turis (termasuk saya), 1 dive leader dan 1 sweeper. Dive leader dan sweeper ternyata menggunakan fins yang sama dengan saya. Tiga penyelam lainnya menggunakan fins aquabionic warp, sea quest model lama, dan split fins tidak jelas.  Akhirnya 'racing' pun dimulai, semua berusaha keras untuk maju melawan arus yang wow kerasnya. Kelompok depan diisi oleh mares, aquabionic, dan seaquest. Teman saya yang menggunakan split fins (pinjaman), tertinggal jauh di belakang...ditemani oleh sweeper.

Ini bukan membandingkan performa 3 jenis fins yang 'sukses' melawan arus, tetapi bercerita mengenai betapa Mares AQ+ adalah fins yang didesain dengan sangat serius.  Sampai di lokasi aman, saya memang kelelahan. Udara dari 130 bar langsung menyusut ke 50 bar hanya dalam hitungan kira-kira kurang dari 3 menit (kalau tidak salah). Tetapi yang pasti, Mares AQ+ berhasil membawa saya kembali ke kapal, dan kaki tidak mengalami kram seperti saat dulu menggunakan SEAC ProPulsion. Dengan kayuhan cepat maupun kayuhan pelan dan lebar...fins ini tetap 'gagah' membawa saya maju menerjang arus.

Disitulah akhirnya saya benar-benar mengakui kehebatan sang Mares AQ +. Bahkan, teman yang menggunakan aquabionic pun berfikir untuk membeli fins mares ini.  Setelah diatas kapal, kami pun ngobrol santai membahas acara diving tersebut, dengan fokus pembicaraan masalah hiu dan fins.  Dive leader dan sweeper pun berbagi pengalaman mereka tentang kehebatan fins satu ini.

Sebagai tambahan, aquabionic juga merupakan fins dengan review performa yang sangat baik. Untuk SeaQuest model lama, dulu saya pernah mencobanya beberapa kali, dan seingat saya fins ini juga memiliki performa yang sangat menjanjikan (tetapi sepertinya sudah tidak diproduksi lagi).

That's all folks! Semoga tulisan ini bermanfaat dalam membantu memilih fins, dan semoga tidak membosankan.



Wednesday, October 22, 2014

MY TIP FOR TRIP TO MALDIVES




Sejak video ‘menghebohkan’ ARB dan MZ jalan-jalan ke Maldives ‘ditayangkan’ di berbagai sosial media dan youtube, Maldives menjadi salah satu sorotan banyak orang di Indonesia, termasuk saya tentunya (hehe). Maldives, adalah salah satu tempat wisata bahari di dunia yang identik dengan kata ‘wow’, lengkap dengan brand nya yang mewah dan mahal.

Yang ada di pikiran saya saat melihat tayangan video tersebut adalah: “wah hebat bisa jalan-jalan ke Maldives, kapan ya bisa punya uang banyak dan bisa pergi ke sana?”. Fikiran tersebut berubah sejak kira-kira bulan Juli yang lalu, saat iseng mencari informasi mengenai biaya perjalanan dan akomodasi di Maldives. Ternyata….tidak semahal yang dibayangkan selama ini. Don’t get me wrong, perjalanan ke Maldives itu mahal, tetapi tidak perlu menjadi orang sekelas ARB untuk bisa pergi ke Maldives…kita semua bisa kalau ada kemauan untuk menabung. Baiklah, mari kita sepakati bahwa yang saya maksud diatas adalah ‘relatif murah’ jika dibandingkan dengan bayangan selama ini, tetapi masih cukup sebanding dengan liburan ke Bali selama 7 hari dan menginap di hotel cukup mewah.

Langsung pada inti permasalahan, jadi saya menemukan bahwa ada maskapai penerbangan yang melayani rute Jakarta-Male (ibukota Maldives) via Singapore hanya dengan Rp. 2 jutaan satu kali trip. Nah lho…kalau ini saya yakin semua setuju kalau dibilang murah ya? Haha. Jadi total pulang pergi Jakarta-Maldives-jakarta adalah sekitar 4 jutaan++.

Haha, sebagian dari anda pasti mulai berfikir…ah mengada2 nih si oom, ngarang bebas. Atau anda berfikir ‘ah..paling hunting tiket promonya gila2an sampe dapet harga serendah itu. But let me tell you, it’s not hoax. Nggak percaya? Silahkan cek sendiri di website Tigerair… J.

Yang namanya jalan-jalan tentunya tidak luput dari beban akomodasi. Beberapa orang yang pernah memiliki informasi tentang Maldives akan bicara…”ajegile..hotel/resort di Maldives kan mahal banget?”. Anda benar, itulah Maldives, nama yang dijaga prestise nya sebagai tempat liburan mewah kelas berat. Bayangkan, harga menginap di sebuah kamar hotel resort bisa berkisar dari 2 juta sampai 50 juta per malam! Amazing ya? Haha. Tidak aneh, hanya selebritis kelas dunia, orang-orang super kaya, dan raja-raja minyak timur tengah yang biasa berlibur di tempat ini. Salah satu teman yang saya kenal di Maldives bercerita, pangeran-pangeran dari timur tengah sudah bisa mengadakan ‘pesta’ di Maldives, menyewa satu resort full, mengudang teman-temannya, sekaligus mendatangkan puluhan wanita penghibur kelas atas. Waawww…what a life ya? Hahaha

Tapi sabar dulu, itu adalah gambaran Maldives beberapa tahun yang silam. Sekitar 2-3 tahun yang lalu Maldives mulai menerapkan konsep baru, dimana masyarakat setempat boleh berinvestasi mendirikan penginapan di pulau-pulau berpenghuni. Oh ya, Maldives adalah Negara muslim, kegiatan hura-hura itu dilarang keras. Kegiatan-kegiatan yang bernuansa ‘duniawi’ hanya boleh dilakukan di resort yang ada di pulau tak berpenghuni, yang umumnya disebut ‘resort island’.

Akan tetapi kini, penginapan-penginapan lokal dan harga super miring mulai menjamur. Harganya bisa 1/20 lebih murah. Salah satu contohnya penginapan-penginapan di Pulau Maafushi, kira-kira 1,5 jam perjalanan ke Selatan menggunakan ferry dari Ibu Kota (Male City). Saya pribadi mendapatkan penginapan yang harganya cukup realistis, yaitu sekitar 800rb per malam, hotel yg baru, bagus, dan memiliki pantai pribadi. Dan banyak hotel-hotel lain yang lebih murah tentunya.

Ini adalah konsep baru yang diterapkan di Maldives, dimana pemerintah mengizinkan adanya kegiatan wisata di pulau berpenduduk. Akan tetapi tentunya ada aturan-aturan yang harus ditaati, dimana wisatawan harus berpakaian sopan saat memasuki daerah perkampungan. Jika anda suka berbikini ria di pantai, itu hanya bisa dilakukan di lokasi tertentu yang telah ditentukan…tetapi tetap bisa kok.. J.

Baiklah, itu tadi adalah sepenggal kisah yang ingin saya bagi. Dibawah ini adalah beberapa tips/pengalaman dari perjalanan saya yang siapa tau berguna.

1. Tiger air mengharuskan menginap 1 malam di Singapore, jadi akan ada biaya tambahan…kecuali menginap di bandara Changi. Jadi siapkan mata uang dollar Singapore secukupnya.

2. Transaksi2 di hotel di Maldives dapat dilakukan dengan kartu kredit dan mata uang US dollar. Akan tetapi anda tetap perlu pecahan uang lokal (MRV – Maldivian Ruffiya) secukupnya. 1 US$ sebanding dengan 15 MRV. Pengeluaran dengan mata uang lokal diperlukan diantaranya untuk:

- taxi dalam kota (30-50 MRV).

- makanan-makanan kecil

- makan besar (50-100 MRV sekali makan)

- tiket ferry (30-50 MRV).

3. Di ibukota Male, tidak banyak yang bisa dilihat. Jika anda tidak merasa perlu berada di Mele, lebih baik langsung saja ke pulau tujuan. Note: kalau anda ingin berlibur di Maldives, bukan di Male tinggalnya...haha. Male hanya tempat transit sesaat saja.

4. Jika anda ingin menggunakan transportasi laut umum, pastikan anda tidak melakukannya pada hari Jumat. Pada hari Jumat, tidak ada transportasi ferry AKAP (antar kota antar provinsi), hanya ada angkutan ferry kecil dari bandara ke kota. Note: bandara nya terpisah dari ibu kota, lain pulau. Namun jika terpaksa, anda masih bisa menyewa speedboat pribadi yang harganya cukup mahal.

5. Maldives adalah negara yang cukup luas. Untuk perjalanan yang agak jauh, lebih disarankan menggunakan 'Sea Plane' (pesawat yang landing di air), atau maskapai penerbangan domestik.  Jika anda akan menggunakan sea plane, anda tidak perlu ke kota terlebih dahulu. Di airport terdapat terminal khusus sea plane.

6. Keamanan masih menjadi isu di kota Male, jadi berhati2lah dengan barang bawaan anda. Tidak disarankan keluar pada malam hari sendirian.

7. Suvenir bukan barang yang murah, dari semua tempat yang saya pernah kunjungi, rasa-rasanya Maldives lah yang paling mahal.

8. Hiburan yang bisa dilakukan di Maldives umumnya adalah wisata yang bahari yang berbasah-basah ria. Jadi pastikan dulu apa yang ingin anda lakukan disana sebelum memutuskan untuk berangkat. Kalau saya tujuan utama ke Maldives hanya satu, diving…hehe.

9. Cari informasi sebanyak-banyak terlebih dahulu sebelum berangkat.

10. Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan komen di bawah, mudah2an saya bisa menjawabnya,

*jika ada hal-hal lain akan saya tambahkan jika ingat.

Selamat berlibur…serta berburu tiket dan akomodasi murah J











Monday, October 13, 2014

REVIEW 'CHEAP BUT TOUGH' WATCH, THE Q&Q M102J

Pepatah bahwa 'harga tidak pernah bohong', mungkin tidak selamanya benar.  Pepatah diatas merupakan sebuah 'mainstream' yang menjadi sebuah 'kesepakatan' tak tertulis di masyarakat saat ini, yaitu barang yang mahal pasti berkualitas tinggi, dan sebaliknya barang murah pasti berkualitas rendah. Jika pernyataan saya diatas adalah sebuah hipotesa, maka hari ini saya telah membuktikan bahwa pepatah tersebut tidak selamanya benar.

Setidaknya hari ini saya membuktikan 'ketangguhan' sebuah jam tangan yang dapat dibilang 'murah meriah', yaitu Q&Q seri M102J.  Definisi mahal atau murah tentunya berbeda untuk masing-masing individu.  Akan tetapi untuk sebuah jam tangan digital yang diklaim memiliki daya tahan hingga kedalaman 100 meter di dalam air, harga jam tangan ini benar-benar murah.  Saya mendapatkan jam tangan ini dengan harga 180ribu rupiah saja, dan telah berhasil dibawa ke kedalaman air hingga 30 meter sebanyak 2x (skrg sudah 6x), dan kondisinya baik-baik saja. Bandingkan misalnya dengan jam tangan G-Shock yang harganya melewati 'angka psikologis' 2 jutaan.

Mungkin tidak adil jika membandingkan kedua jam tersebut diatas secara keseluruhan. Akan tetapi, saya mungkin sekarang adalah tipe orang yang cenderung bersikap 'pragmatis', yang artinya, semua didasarkan dari kepraktisan.  Alasan saya membeli jam Q&Q adalah untuk kebutuhan 'teman' menyelam dan mendampingi si dive computer Mares Puck.  Yang saya perlukan dari jam tangan saat menyelam adalah mengetahui jam berapa saat itu, dan mungkin timer/stopwatch...jika misal harus safety stop saat tidak ada divecomp, sederhana saja.

Terus terang awalnya agak tidak yakin saat memutuskan untuk membeli si Q&Q untuk jam menyelam.  Tidak yakin karena masih terpengaruh 'mainstream' pemahaman diatas.  Akan tetapi, bukan saya namanya jika mengambil sebuah keputusan tanpa melalui riset dan pengamatan yang panjang.  Akhirnya setelah membaca sedemikian banyak review, kemudian saya memutuskan untuk 'iya'. Saat itu saya pun berfikir, kalaupun ternyata harapan tidak sesuai kenyataan...setidaknya saya tidak pernasaran dan uang yang hilang pun relatif tidak terlalu banyak (red. 180rb saja).

Sebagai penutup dari tulisan tanpa makna ini, setidaknya ada 3 hal yang bisa saya simpulkan dan bagikan kepada banyak orang:
- bahwa tidak selamanya pepatah itu benar,
- tidak selamanya 'brand' atau merk berkorelasi positif dengan kualitas sebuah barang, dan
- lisensi Jepang merupakan jaminan kualitas.

Thank you