Monday, January 6, 2014

Dame Mind 700 Project

Dua hari terakhir ini saya lagi-lagi disibukkan oleh sebuah 'pencarian'. Sebuah pencarian yang dimulai sejak 2 bulan yang lalu, akan tetapi belum membuahkan hasil. Pencarian sebuah gitar! Yup, salah satu hobi yang mulai digeluti lagi, yaitu hobi membuat bising tetangga, bermain gitar..haha.

Setelah saya berhasil meminang Cort EVL-K5, sebuah gitar bersetting metal, 'hasrat' untuk 'berselingkuh' tiba-tiba saja muncul. Ternyata 'gairah' hobi musik ini tidak mampu terpuaskan oleh satu gitar saja. Saya membutuhkan rasa baru dari sebuah gitar, seiring dengan begitu beragamnya genre musik rock.

Don't get me wrong, Cort EVL-K5 adalah sebuah gitar yang 'ajib' punya. Bertubuh mahogany, 24 jumbo fret, dan 'dipersenjatai' dengan pickup EMG HZ, gitar ini benar-benar 'lihai' dalam 'melayani' saya memainkan lagu-lagu dari Metallica.

Akan tetapi, itulah manusia...diciptakan dengan memiliki nafsu. Kata nafsu identik dengan konotasi negatif, walaupun sebenarnya tidak selamanya. Nafsu lah yang menjadi energi untuk manusia hidup dan terus berkembang. Nafsu lah yang membuat roda ekonomi dunia berputar. Bayangkan jika manusia tidak memiliki nafsu, apa jadinya dunia ini...tentu sangat membosankan. Karena nafsu lah manusia terus mengembangkan teknologi, karena nafsu lah manusia membeli tas dan sepatu baru setiap bulan, bahkan karena nafsu lah manusia terus berupaya mengeksplorasi luar angkasa. Ahh, cukup sudah pembahasan tentang nafsu...tulisan ini tidak bertujuan ke sana.. :).

Kembali ke pencarian, seiring dengan 'kebutuhan' saya untuk memainkan genre musik lain, maka saya pun mulai melakukan pencarian gitar ke-2. Setelah melakukan riset yang cukup panjang...pilihan pun jatuh ke Cort M600, sebuah gitar cantik dengan desain model PRS. Mengapa gitar ini? Karena Cort M600 sepertinya di desain untuk genre musik lainnya seperti rock klasik, blues, bahkan metal pun bisa jika mau. Dan yang pasti adalah, model nya sangat cantik.

Akan tetapi, setelah berburu selama 2 bulan kesana kemari...tidak ada satu pun toko online yang memiliki stok gitar ini...habis bis bis....aneh. Proses pencarian pun sempat terhenti hingga dimulai lagi 2 hari yang lalu. Iseng membuka-buka laman web, browsing, surfing....seseorang menawarkan Cort M600 seken di kaskus. Tanpa pikir panjang, saya langsung mengontak sang penjual via Whatsapp....dan jawaban nya adalah 'wah sudah kejual mas'. Yahhhh...lagi-lagi kecewa.

Akan tetapi sang penjual ternyata menawarkan opsi lain. Sebuah gitar yang sumpah demi Allah SWT saya baru mendengar merk nya. Yaitu gitar Dame. "Whatt?? Gitar apa itu??. Sang penjual pun mencoba peruntungannya dengan mengirimkan beberapa foto gitar tersebut. Tidak lupa dengan mengirimkan spesifikasi nya. Wah, kalau lihat spek nya...sepertinya cukup high end...dan ditawarkan dengan harga yang boleh dibilang murah dibanding harga pasaran pada umumnya. Bahkan sang penjual menambahkan bumbu-bumbu promosi (namanya juga penjual), bahwa dari segi finishing, playability, sustain, sound quality gitar ini jauh dari sang M600 yang saya cari sebelumnya. Dan jawaban saya saat itu adalah: "Ok mas saya pelajari dulu ya, saya cari info dulu soal gitar ini". Dan riset pun dimulai....

Setelah melewati beberap klik mouse...saya pun akhirnya menemukan fakta bahawa Dame adalah merk gitar yang hanya dibuat untuk kebutuhan pasar dalam negeri Korea (oh noo...Korea lagi...An-Yong-Ha-Se-Yo). Lalu jika hanya untuk pasar Korea...mengapa gitar ini berkeliaran di Indonesia? Ternyata jawaban nya sederhana, gitar ini dibuat oleh pabrikan di Indonesia, tepatnya di Cileungsi.

Hmmm, Dame membuat saya tertarik. Sayang nya karena sebenarnya ini bukan untuk pasar Indonesia, jadi hampir tidak ada orang Indonesia yang pernah memakai sekaligus mereview gitar ini. Bahkan di youtube pun hampir nihil...ck ck ck. Baiklah, dugaan awal saya...karena ini untuk pasar Korea...asumsi nya adalah kualitas gitar ini seharusnya bagus...terlebih lagi ini buatan Indonesia...sudah pasti bagus...(ini serius!).

Sebagai informasi, sebagian besar produk gitar yang bertebaran di dunia, diproduksi di Indonesia. Sebut saja Ibanez, Cort, Fender, Samick (dulu kala)..dan lain sebagainya. Bahkan salah satu pabrikan gitar yang baru berkembang, mendapatkan penghargaan dari Guitar Planet sebagai gitar terbaik dunia tahun 2012, yaitu gitar Rick Hanes. Rick Hanes adalah pabrikan gitar yang berlokasi di Sidoarjo. Untuk informasi selanjutnya, silahkan tanya mbah Google.

Informasi selanjutnya yang saya temukan adalah bahwa gitar Dame yang berkeliaran di Indonesia tidak dibuat sesuai dengan spek standar untuk Korea. Bahkan, dari beberapa penjual yang menawarkan gitar ini, mereka menawarkan spek yang berbeda-beda. Sepertinya dibuat custom sesuai dengan kebutuhan dan target pasar yang mereka kejar. Fakta ini membuat saya kembali pusing.



Akan tetapi fakta ini justru membuat pencarian ini semakin menantang. Baiklah kalau begitu…akhirnya saya putuskan untuk mencoba merk gitar ini. Saya pun memutuskan untuk mengambil Dame seri Mind 700, dengan desain model Les Paul. Walaupun awalnya saya mencari model PRS, tetapi tak apa lah. Saya pun memutuskan untuk membeli gitar ‘kosongan’. Kosongan artinya, hanya membeli body gitar saja. Hasil perhitungan saya, biaya total gitar tersebut jika telah lengkap nantinya akan mencapai 2,4 juta, dengan spek yang diatas rata-rata. Angka ini masih tergolong murah dibandingkan dengan gitar yang ada di pasaran, dengan spesifikasi yang serupa.

Spesifikasi yang saya pilih untuk melengkapi gitar ini nantinya adalah:
- Bridge tuner-o-matic gold: 175rb
- Potensio 25k (4 pcs): 140rb
- Knob (4 pcs): 40rb
- Pickup: Seymour Duncan SH-1n (neck) dan SH-4 JB (bridge): 1,1jt
- dan pernak-pernik lainnya (kabel, jack, senar, dsb.)



Jika asumsi saya benar bahwa kualitas gitar ini bagus, dan jika saya berhasil membuat gitar dengan kualitas diatas rata-rata, maka ini akan menjadi sebuah ‘kesuksesan’ besar dari pencarian saya.

Kemudian, saya pun membeli sebuah gitar kosongan dari seorang penjual terdekat, yaitu Depok. Setelah saya mencoba salah satu gitar disana, ternyata gitar ini memang boleh dibilang baik. Sangat nyaman digunakan, kualitas suara bagus, dan finishing yang cantik. Setidaknya sebagian asumsi saya tidak salah. Tahap selanjutnya adalah membeli semua kelengkapan diatas, sekaligus mencari jasa servis pemasangannya.

Wish me luck! Saya akan update terus perkembangan proyek Dame Mind 700 ini.  Hasil akhirnya pasti akan saya ceritakan nanti.

See you... :)

Friday, January 3, 2014

Judas Priest - Where the hell have I been??


Semua berawal dari ketidak sengajaan saat bersurfing ria di Youtube.
Saat mata saya terantuk pada 1 judul video, "30 Shredders in One Solo".
This video really blows my mind (see below).
Video ini dibuat sebagai guitar cover dari 30 gitaris ternama dunia, sekaligus menjelaskan beberapa keunikan teknik bermain gitar dari masing-masing mereka.


Saat pembahasan jatuh pada K.K. Downing (gitaris Judas Priest), komentar di dalam video berkata seperti ini "If you really really don't like the Priest, then you should ashamed of yourself..."  Kalimat ini membuat saya penasaran... "memangnya kenapa?".  Saya pun lalu berselancar di internet, mencari informasi sekaligus 'mencuri' (sorry for that) album the best Judas Priest dari torrent, berjudul Living After Midnight.

Setelah proses unduh selesai, kemudian saya memasukkan semua lagu ke playlist Windows Media Player (WMP). Oh ya, saya pengguna lama Itunes, akan tetapi saya selalu men'screening' lagu-lagu 'baru' sebelum dibenamkan kedalam library Itunes. Hanya lagu-lagu yang cocok dengan telinga saja yang 'berhak' masuk ke Itunes library.

Sebanyak 18 lagu sudah berbaris di playlist WMP.  Saya klik dan play lagu pertama, dan kesan saya..'enak juga'. Beralih ke lagu ke2, hmmm 'asik beat nya'.  Proses ini terus berlanjut ke lagu nomor 3,4,5 dan seterusnya. Saya kaget, 'waw...enak-enak juga lagu nya.  Tidak banyak artis/band yang membuat album The Best dan lolos seleksi telinga saya (FYI: telinga saya payah....dengan selera musik yang alakadarnya).  Tetapi Judas Priest have made it! Semua lagu di album tersebut, boleh dibilang...WAW.

Salah satu lagu hits Judas Priest (Living After Midnight)

Judas Priest adalah band lawas (saya pun baru tahu beberapa saat yang lalu dari Wikipedia :p), dibentuk tahun 1969 (ABG, angkatan babeh gue). Mengusung aliran hard rock/heavy metal...konon kabarnya...Judas Priest adalah 'menu' wajib bagi pencinta musik aliran ini.  Komentar saya setelah mendengar lagu-lagu mereka pertama kali adalah: "yes, it's true". Menurut saya Judas Priest menjadi salah satu band yang membangun pondasi dari musik hard rock/heavy metal saat ini...it's classic rock dude!  Lalu yang menjadi pertanyaan saya berikutnya 'kemana saja saya selama ini?'.  Cukup sering mendengar nama Judas Priest, tetapi belum pernah tertarik mendengarnya. Baru lah hari ini hal itu terjadi.

So...ini hanya sekedar berbagi saja.. Buat anda yang 'mengaku' penggemar musik rock (apalagi penggitar) tetapi belum pernah mendengar Judas Priest....you should! Dan tentu saja...'shame on me'...

Satu lagi lagu personal favorite saya...


dan salah satu Youtube cover saya :D




Cheers

Info tentang Judas Priest: http://en.wikipedia.org/wiki/Judas_Priest

Blogspot, re-visited

Setelah hampir 1 tahun vacuum (bukan cleaner)...blog yang sempat 'dikubur' sementara ini akhirnya kembali dibuka...  *ga usah tepuk tangan biasa aja lah... :)

Menurut saya, ini adalah salah satu dari sekian banyak blog di dunia, yang isinya sangat tidak terstruktur...tanpa tema...tanpa konsep...dan yang terburuk adalah....tanpa dedikasi... *halahhh

Hari ini masih hangat2 nya perayaan tahun baru 2014...new year...(and then so what)? :D
Sebagian orang menikmati pergantian tahun dengan berbagai cara, yang penting seru. Dari yang sekedar kumpul bersama teman, keluarga....dari yang sekedar ngobrol ditemani makanan ringan....dari yang bakar2 ikan atau sejenisnya....hingga yang ber'dugem' ria....bahkan konon kabarnya tidak sedikit yang merayakan pergantian tahun dengan 'giving up their virginity'....(waawwww)....  Anyway, inilah dunia saat ini :).

What about me? Saya termasuk orang yang tidak tahu cara bersenang-senang (setidaknya bersenang-senang dengan cara 'keren'). Pergantian 2013 ke 2014 saya habiskan di depan TV sambil menikmati beberapa film dari DVD (bukan film dewasa....film normal-normal saja yang tayang di 21 ko').

Ditengah kejenuhan malam tahun baru, setelah suara ledakan-ledakan mesiu yang menggelegar di atas langit Kota Bogor mulai reda....tiba-tiba ide 'gila' pun muncul.  Tiba-tiba terbersit sebuah pikiran, "hmmm...kenapa tidak mencoba membuat sesuatu yang berbeda malam ini?"

Akhirnya tanpa fikir panjang...saya pun mengambil gitar kesayangan, si Cort EVL-K5...bersama pasangan setia nya...Amplifier Vox VT 20+. Yup, malam itu muncul ide untuk mebuat sebuah arransmen untuk lagu yang paling abadi sepanjang masa....Auld Lang Syne...lagu wajib di setiap malam tahun baru.

Singkat cerita, proses dimulai dari pengumpulan ide dan konsep...tidak pakai lama...konsep arransmen yang saya pilih untuk lagu Auld Lang Syne adalah Punk Rock. Kenapa Punk Rock? Karena itu yang paling mudah.... (baca: paling cocok buat pemusik paling amatir sedunia).  Proses pun dilanjutkan dengan 'check sound'...memilih sound yang paling pas (di telinga saya), diikuti dengan latihan beberapa kali.  Setelah itu...aksi pun dimulai.  Kamera video, Nikon Coolpix P310 pun disiapkan diatas tripod. Pengambilan video dilakukan dua kali, satu untuk rhytm, dan satu lagi untuk lead guitar.Skip...skip..skip....setelah melalui beberapa 're-take'...video pun selesai sudah.

Tentunya tidak berhenti sampai disitu....video pun harus naik ke proses editing (so keren banget bahasa nya). Dengan menggunakan alat bantu perangkat lunak Corel VideoStudio Pro X5 proses editing pun dilakukan. Ternyata proses editing tidak berjalan mulus, si Corel beberapa kali mengalami 'crash'.  Dugaan awam saya, sepertinya dia tidak sanggup menggarap 2 file video berukuran raksasa sekaligus.  Proses yang seharusnya mudah, akhirnya menjadi 'menjelimet'.

Sound dari masing-masing video harus dipisahkan dulu...menjadi file audio, yang kemudian digabung menggunakan perangkat lunak Audacity.  Setelah itu, proses dilanjutkan kembali di Corel.  Maaf terlalu 'menjelimet' untuk dideskripsikan...tetapi intinya...berhasil juga.  Sebuah video 'narcis' yang ala kadarnya....sebagai media untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada teman dan kolega.

Here it is: http://www.youtube.com/watch?v=HrxbcaT16cU



Cerita punya cerita..pagi tadi...saya menemukan fakta baru.  Saya mencoba menggunakan perangkat lunak editing video lain, yaitu Pinnacle Studio Ver 15.  Waw...ternyata ini yang saya cari selama ini. Dari beberapa yang telah saya coba, rasa-rasanya Pinnacle yang terbaik.  Proses operasinya cepat, mudah, dan yang jelas stabil...selamat tinggal 'crash'.  Dengan Pinnacle, saya mencoba membuat versi lain dari video yang sama...dan hasilnya... NOT BAD!!

Here it is: http://www.youtube.com/watch?v=ovCPmfB3caM



Sekian dan Terima Kasih