Wednesday, October 22, 2014

MY TIP FOR TRIP TO MALDIVES




Sejak video ‘menghebohkan’ ARB dan MZ jalan-jalan ke Maldives ‘ditayangkan’ di berbagai sosial media dan youtube, Maldives menjadi salah satu sorotan banyak orang di Indonesia, termasuk saya tentunya (hehe). Maldives, adalah salah satu tempat wisata bahari di dunia yang identik dengan kata ‘wow’, lengkap dengan brand nya yang mewah dan mahal.

Yang ada di pikiran saya saat melihat tayangan video tersebut adalah: “wah hebat bisa jalan-jalan ke Maldives, kapan ya bisa punya uang banyak dan bisa pergi ke sana?”. Fikiran tersebut berubah sejak kira-kira bulan Juli yang lalu, saat iseng mencari informasi mengenai biaya perjalanan dan akomodasi di Maldives. Ternyata….tidak semahal yang dibayangkan selama ini. Don’t get me wrong, perjalanan ke Maldives itu mahal, tetapi tidak perlu menjadi orang sekelas ARB untuk bisa pergi ke Maldives…kita semua bisa kalau ada kemauan untuk menabung. Baiklah, mari kita sepakati bahwa yang saya maksud diatas adalah ‘relatif murah’ jika dibandingkan dengan bayangan selama ini, tetapi masih cukup sebanding dengan liburan ke Bali selama 7 hari dan menginap di hotel cukup mewah.

Langsung pada inti permasalahan, jadi saya menemukan bahwa ada maskapai penerbangan yang melayani rute Jakarta-Male (ibukota Maldives) via Singapore hanya dengan Rp. 2 jutaan satu kali trip. Nah lho…kalau ini saya yakin semua setuju kalau dibilang murah ya? Haha. Jadi total pulang pergi Jakarta-Maldives-jakarta adalah sekitar 4 jutaan++.

Haha, sebagian dari anda pasti mulai berfikir…ah mengada2 nih si oom, ngarang bebas. Atau anda berfikir ‘ah..paling hunting tiket promonya gila2an sampe dapet harga serendah itu. But let me tell you, it’s not hoax. Nggak percaya? Silahkan cek sendiri di website Tigerair… J.

Yang namanya jalan-jalan tentunya tidak luput dari beban akomodasi. Beberapa orang yang pernah memiliki informasi tentang Maldives akan bicara…”ajegile..hotel/resort di Maldives kan mahal banget?”. Anda benar, itulah Maldives, nama yang dijaga prestise nya sebagai tempat liburan mewah kelas berat. Bayangkan, harga menginap di sebuah kamar hotel resort bisa berkisar dari 2 juta sampai 50 juta per malam! Amazing ya? Haha. Tidak aneh, hanya selebritis kelas dunia, orang-orang super kaya, dan raja-raja minyak timur tengah yang biasa berlibur di tempat ini. Salah satu teman yang saya kenal di Maldives bercerita, pangeran-pangeran dari timur tengah sudah bisa mengadakan ‘pesta’ di Maldives, menyewa satu resort full, mengudang teman-temannya, sekaligus mendatangkan puluhan wanita penghibur kelas atas. Waawww…what a life ya? Hahaha

Tapi sabar dulu, itu adalah gambaran Maldives beberapa tahun yang silam. Sekitar 2-3 tahun yang lalu Maldives mulai menerapkan konsep baru, dimana masyarakat setempat boleh berinvestasi mendirikan penginapan di pulau-pulau berpenghuni. Oh ya, Maldives adalah Negara muslim, kegiatan hura-hura itu dilarang keras. Kegiatan-kegiatan yang bernuansa ‘duniawi’ hanya boleh dilakukan di resort yang ada di pulau tak berpenghuni, yang umumnya disebut ‘resort island’.

Akan tetapi kini, penginapan-penginapan lokal dan harga super miring mulai menjamur. Harganya bisa 1/20 lebih murah. Salah satu contohnya penginapan-penginapan di Pulau Maafushi, kira-kira 1,5 jam perjalanan ke Selatan menggunakan ferry dari Ibu Kota (Male City). Saya pribadi mendapatkan penginapan yang harganya cukup realistis, yaitu sekitar 800rb per malam, hotel yg baru, bagus, dan memiliki pantai pribadi. Dan banyak hotel-hotel lain yang lebih murah tentunya.

Ini adalah konsep baru yang diterapkan di Maldives, dimana pemerintah mengizinkan adanya kegiatan wisata di pulau berpenduduk. Akan tetapi tentunya ada aturan-aturan yang harus ditaati, dimana wisatawan harus berpakaian sopan saat memasuki daerah perkampungan. Jika anda suka berbikini ria di pantai, itu hanya bisa dilakukan di lokasi tertentu yang telah ditentukan…tetapi tetap bisa kok.. J.

Baiklah, itu tadi adalah sepenggal kisah yang ingin saya bagi. Dibawah ini adalah beberapa tips/pengalaman dari perjalanan saya yang siapa tau berguna.

1. Tiger air mengharuskan menginap 1 malam di Singapore, jadi akan ada biaya tambahan…kecuali menginap di bandara Changi. Jadi siapkan mata uang dollar Singapore secukupnya.

2. Transaksi2 di hotel di Maldives dapat dilakukan dengan kartu kredit dan mata uang US dollar. Akan tetapi anda tetap perlu pecahan uang lokal (MRV – Maldivian Ruffiya) secukupnya. 1 US$ sebanding dengan 15 MRV. Pengeluaran dengan mata uang lokal diperlukan diantaranya untuk:

- taxi dalam kota (30-50 MRV).

- makanan-makanan kecil

- makan besar (50-100 MRV sekali makan)

- tiket ferry (30-50 MRV).

3. Di ibukota Male, tidak banyak yang bisa dilihat. Jika anda tidak merasa perlu berada di Mele, lebih baik langsung saja ke pulau tujuan. Note: kalau anda ingin berlibur di Maldives, bukan di Male tinggalnya...haha. Male hanya tempat transit sesaat saja.

4. Jika anda ingin menggunakan transportasi laut umum, pastikan anda tidak melakukannya pada hari Jumat. Pada hari Jumat, tidak ada transportasi ferry AKAP (antar kota antar provinsi), hanya ada angkutan ferry kecil dari bandara ke kota. Note: bandara nya terpisah dari ibu kota, lain pulau. Namun jika terpaksa, anda masih bisa menyewa speedboat pribadi yang harganya cukup mahal.

5. Maldives adalah negara yang cukup luas. Untuk perjalanan yang agak jauh, lebih disarankan menggunakan 'Sea Plane' (pesawat yang landing di air), atau maskapai penerbangan domestik.  Jika anda akan menggunakan sea plane, anda tidak perlu ke kota terlebih dahulu. Di airport terdapat terminal khusus sea plane.

6. Keamanan masih menjadi isu di kota Male, jadi berhati2lah dengan barang bawaan anda. Tidak disarankan keluar pada malam hari sendirian.

7. Suvenir bukan barang yang murah, dari semua tempat yang saya pernah kunjungi, rasa-rasanya Maldives lah yang paling mahal.

8. Hiburan yang bisa dilakukan di Maldives umumnya adalah wisata yang bahari yang berbasah-basah ria. Jadi pastikan dulu apa yang ingin anda lakukan disana sebelum memutuskan untuk berangkat. Kalau saya tujuan utama ke Maldives hanya satu, diving…hehe.

9. Cari informasi sebanyak-banyak terlebih dahulu sebelum berangkat.

10. Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan komen di bawah, mudah2an saya bisa menjawabnya,

*jika ada hal-hal lain akan saya tambahkan jika ingat.

Selamat berlibur…serta berburu tiket dan akomodasi murah J











Monday, October 13, 2014

REVIEW 'CHEAP BUT TOUGH' WATCH, THE Q&Q M102J

Pepatah bahwa 'harga tidak pernah bohong', mungkin tidak selamanya benar.  Pepatah diatas merupakan sebuah 'mainstream' yang menjadi sebuah 'kesepakatan' tak tertulis di masyarakat saat ini, yaitu barang yang mahal pasti berkualitas tinggi, dan sebaliknya barang murah pasti berkualitas rendah. Jika pernyataan saya diatas adalah sebuah hipotesa, maka hari ini saya telah membuktikan bahwa pepatah tersebut tidak selamanya benar.

Setidaknya hari ini saya membuktikan 'ketangguhan' sebuah jam tangan yang dapat dibilang 'murah meriah', yaitu Q&Q seri M102J.  Definisi mahal atau murah tentunya berbeda untuk masing-masing individu.  Akan tetapi untuk sebuah jam tangan digital yang diklaim memiliki daya tahan hingga kedalaman 100 meter di dalam air, harga jam tangan ini benar-benar murah.  Saya mendapatkan jam tangan ini dengan harga 180ribu rupiah saja, dan telah berhasil dibawa ke kedalaman air hingga 30 meter sebanyak 2x (skrg sudah 6x), dan kondisinya baik-baik saja. Bandingkan misalnya dengan jam tangan G-Shock yang harganya melewati 'angka psikologis' 2 jutaan.

Mungkin tidak adil jika membandingkan kedua jam tersebut diatas secara keseluruhan. Akan tetapi, saya mungkin sekarang adalah tipe orang yang cenderung bersikap 'pragmatis', yang artinya, semua didasarkan dari kepraktisan.  Alasan saya membeli jam Q&Q adalah untuk kebutuhan 'teman' menyelam dan mendampingi si dive computer Mares Puck.  Yang saya perlukan dari jam tangan saat menyelam adalah mengetahui jam berapa saat itu, dan mungkin timer/stopwatch...jika misal harus safety stop saat tidak ada divecomp, sederhana saja.

Terus terang awalnya agak tidak yakin saat memutuskan untuk membeli si Q&Q untuk jam menyelam.  Tidak yakin karena masih terpengaruh 'mainstream' pemahaman diatas.  Akan tetapi, bukan saya namanya jika mengambil sebuah keputusan tanpa melalui riset dan pengamatan yang panjang.  Akhirnya setelah membaca sedemikian banyak review, kemudian saya memutuskan untuk 'iya'. Saat itu saya pun berfikir, kalaupun ternyata harapan tidak sesuai kenyataan...setidaknya saya tidak pernasaran dan uang yang hilang pun relatif tidak terlalu banyak (red. 180rb saja).

Sebagai penutup dari tulisan tanpa makna ini, setidaknya ada 3 hal yang bisa saya simpulkan dan bagikan kepada banyak orang:
- bahwa tidak selamanya pepatah itu benar,
- tidak selamanya 'brand' atau merk berkorelasi positif dengan kualitas sebuah barang, dan
- lisensi Jepang merupakan jaminan kualitas.

Thank you





Thursday, June 12, 2014

Washburn N24 Review

This is my most wanted guitar.
I've been searching the Washburn N4 for months but didn't successful, so I ended up with the N24.
I got bargain price (it's not cheap..but worth it) from local retailer I found online, and it's a steal.

This is the best guitar I have so far. I decided to get the N24 as I admire Nuno Betencourt of Extreme.

So, I won't talk too much, here's the Pros and Cons about N24

Pros:
- The Look (natural finish)
- Playability:  Totally awesome.  I played for hours without any hand ache. Very comfortable in my hand
- Stephen's Extended Cutaways (SEC) tech. No more difficulties playing highest notes.
- Versatile guitar with various tone. Neck, Mid, Bridge for both humbucker and single coil (Coil tap)
- Sounds. It's sounds very Nuno. Screaming harsh sound with harmonics (at bridge position)
- Stable tuning
- Lightweight

Cons:
- Ackward floyd rose setup. If you pull all the way back....the string stuck at the bridge pickup (just need a proper setup)
- You might want to lubricate the volume knob...sometimes little bit scratchy noisy (that's my case)

Overall, I have no major complain....the best guitar I have so far, and I love it.


Monday, January 6, 2014

Dame Mind 700 Project

Dua hari terakhir ini saya lagi-lagi disibukkan oleh sebuah 'pencarian'. Sebuah pencarian yang dimulai sejak 2 bulan yang lalu, akan tetapi belum membuahkan hasil. Pencarian sebuah gitar! Yup, salah satu hobi yang mulai digeluti lagi, yaitu hobi membuat bising tetangga, bermain gitar..haha.

Setelah saya berhasil meminang Cort EVL-K5, sebuah gitar bersetting metal, 'hasrat' untuk 'berselingkuh' tiba-tiba saja muncul. Ternyata 'gairah' hobi musik ini tidak mampu terpuaskan oleh satu gitar saja. Saya membutuhkan rasa baru dari sebuah gitar, seiring dengan begitu beragamnya genre musik rock.

Don't get me wrong, Cort EVL-K5 adalah sebuah gitar yang 'ajib' punya. Bertubuh mahogany, 24 jumbo fret, dan 'dipersenjatai' dengan pickup EMG HZ, gitar ini benar-benar 'lihai' dalam 'melayani' saya memainkan lagu-lagu dari Metallica.

Akan tetapi, itulah manusia...diciptakan dengan memiliki nafsu. Kata nafsu identik dengan konotasi negatif, walaupun sebenarnya tidak selamanya. Nafsu lah yang menjadi energi untuk manusia hidup dan terus berkembang. Nafsu lah yang membuat roda ekonomi dunia berputar. Bayangkan jika manusia tidak memiliki nafsu, apa jadinya dunia ini...tentu sangat membosankan. Karena nafsu lah manusia terus mengembangkan teknologi, karena nafsu lah manusia membeli tas dan sepatu baru setiap bulan, bahkan karena nafsu lah manusia terus berupaya mengeksplorasi luar angkasa. Ahh, cukup sudah pembahasan tentang nafsu...tulisan ini tidak bertujuan ke sana.. :).

Kembali ke pencarian, seiring dengan 'kebutuhan' saya untuk memainkan genre musik lain, maka saya pun mulai melakukan pencarian gitar ke-2. Setelah melakukan riset yang cukup panjang...pilihan pun jatuh ke Cort M600, sebuah gitar cantik dengan desain model PRS. Mengapa gitar ini? Karena Cort M600 sepertinya di desain untuk genre musik lainnya seperti rock klasik, blues, bahkan metal pun bisa jika mau. Dan yang pasti adalah, model nya sangat cantik.

Akan tetapi, setelah berburu selama 2 bulan kesana kemari...tidak ada satu pun toko online yang memiliki stok gitar ini...habis bis bis....aneh. Proses pencarian pun sempat terhenti hingga dimulai lagi 2 hari yang lalu. Iseng membuka-buka laman web, browsing, surfing....seseorang menawarkan Cort M600 seken di kaskus. Tanpa pikir panjang, saya langsung mengontak sang penjual via Whatsapp....dan jawaban nya adalah 'wah sudah kejual mas'. Yahhhh...lagi-lagi kecewa.

Akan tetapi sang penjual ternyata menawarkan opsi lain. Sebuah gitar yang sumpah demi Allah SWT saya baru mendengar merk nya. Yaitu gitar Dame. "Whatt?? Gitar apa itu??. Sang penjual pun mencoba peruntungannya dengan mengirimkan beberapa foto gitar tersebut. Tidak lupa dengan mengirimkan spesifikasi nya. Wah, kalau lihat spek nya...sepertinya cukup high end...dan ditawarkan dengan harga yang boleh dibilang murah dibanding harga pasaran pada umumnya. Bahkan sang penjual menambahkan bumbu-bumbu promosi (namanya juga penjual), bahwa dari segi finishing, playability, sustain, sound quality gitar ini jauh dari sang M600 yang saya cari sebelumnya. Dan jawaban saya saat itu adalah: "Ok mas saya pelajari dulu ya, saya cari info dulu soal gitar ini". Dan riset pun dimulai....

Setelah melewati beberap klik mouse...saya pun akhirnya menemukan fakta bahawa Dame adalah merk gitar yang hanya dibuat untuk kebutuhan pasar dalam negeri Korea (oh noo...Korea lagi...An-Yong-Ha-Se-Yo). Lalu jika hanya untuk pasar Korea...mengapa gitar ini berkeliaran di Indonesia? Ternyata jawaban nya sederhana, gitar ini dibuat oleh pabrikan di Indonesia, tepatnya di Cileungsi.

Hmmm, Dame membuat saya tertarik. Sayang nya karena sebenarnya ini bukan untuk pasar Indonesia, jadi hampir tidak ada orang Indonesia yang pernah memakai sekaligus mereview gitar ini. Bahkan di youtube pun hampir nihil...ck ck ck. Baiklah, dugaan awal saya...karena ini untuk pasar Korea...asumsi nya adalah kualitas gitar ini seharusnya bagus...terlebih lagi ini buatan Indonesia...sudah pasti bagus...(ini serius!).

Sebagai informasi, sebagian besar produk gitar yang bertebaran di dunia, diproduksi di Indonesia. Sebut saja Ibanez, Cort, Fender, Samick (dulu kala)..dan lain sebagainya. Bahkan salah satu pabrikan gitar yang baru berkembang, mendapatkan penghargaan dari Guitar Planet sebagai gitar terbaik dunia tahun 2012, yaitu gitar Rick Hanes. Rick Hanes adalah pabrikan gitar yang berlokasi di Sidoarjo. Untuk informasi selanjutnya, silahkan tanya mbah Google.

Informasi selanjutnya yang saya temukan adalah bahwa gitar Dame yang berkeliaran di Indonesia tidak dibuat sesuai dengan spek standar untuk Korea. Bahkan, dari beberapa penjual yang menawarkan gitar ini, mereka menawarkan spek yang berbeda-beda. Sepertinya dibuat custom sesuai dengan kebutuhan dan target pasar yang mereka kejar. Fakta ini membuat saya kembali pusing.



Akan tetapi fakta ini justru membuat pencarian ini semakin menantang. Baiklah kalau begitu…akhirnya saya putuskan untuk mencoba merk gitar ini. Saya pun memutuskan untuk mengambil Dame seri Mind 700, dengan desain model Les Paul. Walaupun awalnya saya mencari model PRS, tetapi tak apa lah. Saya pun memutuskan untuk membeli gitar ‘kosongan’. Kosongan artinya, hanya membeli body gitar saja. Hasil perhitungan saya, biaya total gitar tersebut jika telah lengkap nantinya akan mencapai 2,4 juta, dengan spek yang diatas rata-rata. Angka ini masih tergolong murah dibandingkan dengan gitar yang ada di pasaran, dengan spesifikasi yang serupa.

Spesifikasi yang saya pilih untuk melengkapi gitar ini nantinya adalah:
- Bridge tuner-o-matic gold: 175rb
- Potensio 25k (4 pcs): 140rb
- Knob (4 pcs): 40rb
- Pickup: Seymour Duncan SH-1n (neck) dan SH-4 JB (bridge): 1,1jt
- dan pernak-pernik lainnya (kabel, jack, senar, dsb.)



Jika asumsi saya benar bahwa kualitas gitar ini bagus, dan jika saya berhasil membuat gitar dengan kualitas diatas rata-rata, maka ini akan menjadi sebuah ‘kesuksesan’ besar dari pencarian saya.

Kemudian, saya pun membeli sebuah gitar kosongan dari seorang penjual terdekat, yaitu Depok. Setelah saya mencoba salah satu gitar disana, ternyata gitar ini memang boleh dibilang baik. Sangat nyaman digunakan, kualitas suara bagus, dan finishing yang cantik. Setidaknya sebagian asumsi saya tidak salah. Tahap selanjutnya adalah membeli semua kelengkapan diatas, sekaligus mencari jasa servis pemasangannya.

Wish me luck! Saya akan update terus perkembangan proyek Dame Mind 700 ini.  Hasil akhirnya pasti akan saya ceritakan nanti.

See you... :)

Friday, January 3, 2014

Judas Priest - Where the hell have I been??


Semua berawal dari ketidak sengajaan saat bersurfing ria di Youtube.
Saat mata saya terantuk pada 1 judul video, "30 Shredders in One Solo".
This video really blows my mind (see below).
Video ini dibuat sebagai guitar cover dari 30 gitaris ternama dunia, sekaligus menjelaskan beberapa keunikan teknik bermain gitar dari masing-masing mereka.


Saat pembahasan jatuh pada K.K. Downing (gitaris Judas Priest), komentar di dalam video berkata seperti ini "If you really really don't like the Priest, then you should ashamed of yourself..."  Kalimat ini membuat saya penasaran... "memangnya kenapa?".  Saya pun lalu berselancar di internet, mencari informasi sekaligus 'mencuri' (sorry for that) album the best Judas Priest dari torrent, berjudul Living After Midnight.

Setelah proses unduh selesai, kemudian saya memasukkan semua lagu ke playlist Windows Media Player (WMP). Oh ya, saya pengguna lama Itunes, akan tetapi saya selalu men'screening' lagu-lagu 'baru' sebelum dibenamkan kedalam library Itunes. Hanya lagu-lagu yang cocok dengan telinga saja yang 'berhak' masuk ke Itunes library.

Sebanyak 18 lagu sudah berbaris di playlist WMP.  Saya klik dan play lagu pertama, dan kesan saya..'enak juga'. Beralih ke lagu ke2, hmmm 'asik beat nya'.  Proses ini terus berlanjut ke lagu nomor 3,4,5 dan seterusnya. Saya kaget, 'waw...enak-enak juga lagu nya.  Tidak banyak artis/band yang membuat album The Best dan lolos seleksi telinga saya (FYI: telinga saya payah....dengan selera musik yang alakadarnya).  Tetapi Judas Priest have made it! Semua lagu di album tersebut, boleh dibilang...WAW.

Salah satu lagu hits Judas Priest (Living After Midnight)

Judas Priest adalah band lawas (saya pun baru tahu beberapa saat yang lalu dari Wikipedia :p), dibentuk tahun 1969 (ABG, angkatan babeh gue). Mengusung aliran hard rock/heavy metal...konon kabarnya...Judas Priest adalah 'menu' wajib bagi pencinta musik aliran ini.  Komentar saya setelah mendengar lagu-lagu mereka pertama kali adalah: "yes, it's true". Menurut saya Judas Priest menjadi salah satu band yang membangun pondasi dari musik hard rock/heavy metal saat ini...it's classic rock dude!  Lalu yang menjadi pertanyaan saya berikutnya 'kemana saja saya selama ini?'.  Cukup sering mendengar nama Judas Priest, tetapi belum pernah tertarik mendengarnya. Baru lah hari ini hal itu terjadi.

So...ini hanya sekedar berbagi saja.. Buat anda yang 'mengaku' penggemar musik rock (apalagi penggitar) tetapi belum pernah mendengar Judas Priest....you should! Dan tentu saja...'shame on me'...

Satu lagi lagu personal favorite saya...


dan salah satu Youtube cover saya :D




Cheers

Info tentang Judas Priest: http://en.wikipedia.org/wiki/Judas_Priest

Blogspot, re-visited

Setelah hampir 1 tahun vacuum (bukan cleaner)...blog yang sempat 'dikubur' sementara ini akhirnya kembali dibuka...  *ga usah tepuk tangan biasa aja lah... :)

Menurut saya, ini adalah salah satu dari sekian banyak blog di dunia, yang isinya sangat tidak terstruktur...tanpa tema...tanpa konsep...dan yang terburuk adalah....tanpa dedikasi... *halahhh

Hari ini masih hangat2 nya perayaan tahun baru 2014...new year...(and then so what)? :D
Sebagian orang menikmati pergantian tahun dengan berbagai cara, yang penting seru. Dari yang sekedar kumpul bersama teman, keluarga....dari yang sekedar ngobrol ditemani makanan ringan....dari yang bakar2 ikan atau sejenisnya....hingga yang ber'dugem' ria....bahkan konon kabarnya tidak sedikit yang merayakan pergantian tahun dengan 'giving up their virginity'....(waawwww)....  Anyway, inilah dunia saat ini :).

What about me? Saya termasuk orang yang tidak tahu cara bersenang-senang (setidaknya bersenang-senang dengan cara 'keren'). Pergantian 2013 ke 2014 saya habiskan di depan TV sambil menikmati beberapa film dari DVD (bukan film dewasa....film normal-normal saja yang tayang di 21 ko').

Ditengah kejenuhan malam tahun baru, setelah suara ledakan-ledakan mesiu yang menggelegar di atas langit Kota Bogor mulai reda....tiba-tiba ide 'gila' pun muncul.  Tiba-tiba terbersit sebuah pikiran, "hmmm...kenapa tidak mencoba membuat sesuatu yang berbeda malam ini?"

Akhirnya tanpa fikir panjang...saya pun mengambil gitar kesayangan, si Cort EVL-K5...bersama pasangan setia nya...Amplifier Vox VT 20+. Yup, malam itu muncul ide untuk mebuat sebuah arransmen untuk lagu yang paling abadi sepanjang masa....Auld Lang Syne...lagu wajib di setiap malam tahun baru.

Singkat cerita, proses dimulai dari pengumpulan ide dan konsep...tidak pakai lama...konsep arransmen yang saya pilih untuk lagu Auld Lang Syne adalah Punk Rock. Kenapa Punk Rock? Karena itu yang paling mudah.... (baca: paling cocok buat pemusik paling amatir sedunia).  Proses pun dilanjutkan dengan 'check sound'...memilih sound yang paling pas (di telinga saya), diikuti dengan latihan beberapa kali.  Setelah itu...aksi pun dimulai.  Kamera video, Nikon Coolpix P310 pun disiapkan diatas tripod. Pengambilan video dilakukan dua kali, satu untuk rhytm, dan satu lagi untuk lead guitar.Skip...skip..skip....setelah melalui beberapa 're-take'...video pun selesai sudah.

Tentunya tidak berhenti sampai disitu....video pun harus naik ke proses editing (so keren banget bahasa nya). Dengan menggunakan alat bantu perangkat lunak Corel VideoStudio Pro X5 proses editing pun dilakukan. Ternyata proses editing tidak berjalan mulus, si Corel beberapa kali mengalami 'crash'.  Dugaan awam saya, sepertinya dia tidak sanggup menggarap 2 file video berukuran raksasa sekaligus.  Proses yang seharusnya mudah, akhirnya menjadi 'menjelimet'.

Sound dari masing-masing video harus dipisahkan dulu...menjadi file audio, yang kemudian digabung menggunakan perangkat lunak Audacity.  Setelah itu, proses dilanjutkan kembali di Corel.  Maaf terlalu 'menjelimet' untuk dideskripsikan...tetapi intinya...berhasil juga.  Sebuah video 'narcis' yang ala kadarnya....sebagai media untuk mengucapkan selamat tahun baru kepada teman dan kolega.

Here it is: http://www.youtube.com/watch?v=HrxbcaT16cU



Cerita punya cerita..pagi tadi...saya menemukan fakta baru.  Saya mencoba menggunakan perangkat lunak editing video lain, yaitu Pinnacle Studio Ver 15.  Waw...ternyata ini yang saya cari selama ini. Dari beberapa yang telah saya coba, rasa-rasanya Pinnacle yang terbaik.  Proses operasinya cepat, mudah, dan yang jelas stabil...selamat tinggal 'crash'.  Dengan Pinnacle, saya mencoba membuat versi lain dari video yang sama...dan hasilnya... NOT BAD!!

Here it is: http://www.youtube.com/watch?v=ovCPmfB3caM



Sekian dan Terima Kasih